This is the head of your page Example HTML page This is the body of your page.



Sunday, November 26, 2017

Tempat Ziarah Palembang

Palembang_Sumatera selatan meninggalkan banyak sejarah ulama ulama besar yang menyebarkan kan islam di kerajaan sriwijaya pada saat itu ini info buat para pecinta wisata religi atau mungkin jamaah yang suka akan sejarah lelulur yang hendak berwisata di daerah sumatera selatan_ palembang_kerajaan sriwijaya

Sewa Bus yang pas untuk kenyamanan dalam perjalanan dan fasilas yang baik

1.     Makam Buyut Silaberanti
Cerita ini tentu saja masih perlu banyak dikaji. Apalagi sosok Siti Fatimah, putri Raja asal Palembang hanya dikenal sebatas legenda. Ditambah, seputar banyaknya warga Tionghoa berziarah ke makam buyut Silaberanti, ternyata malah tidak diketahui para tokoh masyarakat Tionghoa di Palembang.
Dari cerita warga sekitar, sejak dulu aroma mistis selalu menyertai. Salah satunya tentang keberadaan lubang pada makam tersebut. Konon, orang berziarah yang memasukan tangannya ke lubang tersebut, akan mendapatkan benda-benda yang berbeda. Tentu saja cerita ini sulit diklarifikasi kebenarannya.
Benda-benda itu bisa berupa buntang tikus atau ular. Ini pertanda buruk. Ada juga tongkat dalam makam tersebut. Tongkat itu kalau diukur oleh peziarah panjangnya berubah. Kadang memanjang, bisa juga memendek. Sekarang, lubang serta tongkat itu sudah hilang.
Selain itu, cerita yang beredar, ketika sungai Aur masih lebar, masyarakat setempat mengaku pernah melihat buaya putih, yang diyakini sebagai penjaga makam buyut Silaberanti. Dan sekali lagi, hal tersebut saat ini sudah tidak ada lagi. Ditambah, keberadaan Sungai Aur yang sudah mendangkal dan menyempit.
Nama jalan Silaberanti sendiri diyakini berasal dari sang buyut. Yang ketika meninggal tengah duduk bersila. Sila artinya bersila. Beranti itu tengah berhenti. Dari orang-orang tua, buyut ini merupakan putri yang merantau dan tiba di Palembang tempatnya dimakamkan sekarang bersama panglima dan pengawalnya. Salah satu makam di samping buyut itu kami tahu seorang Panglimanya. Dia meninggal waktu bersila.
2.     Makam Bukit Siguntang
Bukit Siguntang adalah sebuah tempat bersejarah di Kota Palembang. Ia identik dengan keberadaan kerajaan Sriwijaya di masa silam. Sejatinya, daerah ini cukup asri. Namun demikian, keberadaan tujuh buah makam keramat di dalamnya, sedikit banyak memberikan kesan angker dan mistis terhadap bukit tersebut. Ke tujuh maka tersebut adalah :
1. Radja Segentar Alam, nama aslinya adalah Iskandar Zulkarnain Alamsyah yang berasal dari Kerajaan Mataram. Di masa jayanya, ia dapat menaklukkan hampir seluruh Sumatera hingga ke negeri tetangga Johor dan Malaka di Malaysia.
Menurut kabar dari narasumber, Nyai Bukit Siguntang (Juru Kunci Bukit Siguntang) Radja Segentar Alam pertama kali ke Palembang membawa 3 kapal yang berbendera Lancar Kuning. Namun saat dalam perjalanan kapal-kapal tersebut karam.
Dari semua kapal yang karam tersebut ada satu kapal yang membawa Radja Segentar Alam terdampar di Bukit Siguntang sedangkan kapal yang lain hancur di lautan dan ada pula yang hancur kemudian terseret di situs Karang Anyar.
2. Putri Kembang Dadar, nama aslinya adalah Putri Bunga Melur.  Percaya atau tidak karena kecantikannya Putri Kembang Dadar diceritakan bukan berasal dari bumi melainkan berasal dari Kayangan (langit).
3. Putri Rambut Selako, rambut Selako artinya rambut yang keemas-emasan mungkin karena ada keturunan barat.  Nama aslinya sendiri adalah Putri Damar Kencana Wungsu yang menurut cerita berasal dari Keraton Yogyakarta anak dari Prabu Prawijaya.
4. Panglima Batu Api.  Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari Jeddah (Arab Saudi) yang datang ke tanah melayu untuk berkelana dan menyiarkan agama Islam.
5. Panglima Bagus Kuning, berasal dari Mataram yang datang ke Lembang (Palembang) untuk mengawal Radja Segentar Alam.
6. Panglima Bagus Karang, berasal dari Mataram yang datang ke Lembang (Palembang) bersama Panglima Bagus Kuning untuk mengawal Radja Segentar Alam.
7. Tuan Djungdjungan, beliau juga merupakan ulama dari Arab yang datang ke tanah melayu (Swarnadwipa) untuk berkelana sambil menyiarkan agama Islam.
Dari makam-makam itu membuktikan bahwa Bukit Siguntang merupakan tempat yang sangat sakral sehingga para bangsawan Palembang zaman dahulu banyak yang dimakamkan di bukit tersebut.
3.     Makam Sabokingking
Makam Sabokingking, merupakan pemakaman raja-raja kerajaan Islam Palembang yang telah berusia 400 tahun lebih. Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sinuhun, Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup berkisar tahun 1622-1635 Masehi.
Makam ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang. Letak pemakaman ini tidak jauh dari dari kompleks pemakaman kakek Ratu Sinuhun yakni pemakaman Ki Gede Ing Suro, di lorong Haji Umar, di 1 Ilir Palembang.
Pemakaman Sabokingking dikelilingi oleh kolam, sehingga terdapat sebuah jalan menuju pemakaman yang membelah kolam. Di bawah pemerintahan Sido Ing Kenayan, Ratu Sinuhun mampu melahirkan kitab Undang-undang “Simbur Cahaya” yang merupakan hukum adat tertulis dan berlaku di seluruh wilayah Palembang (baca Sumatera Selatan-red) saat itu. Kitab ini mengatur soal hak-hak perempuan, serta aturan mengenai lingkungan hidup, khususnya hutan.
Di pemakaman ini juga terdapat makam Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, sebagai imam kubur Pangeran Sido Ing Kenayan dan Ratu Sinuhun, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.

4.     Makam Ratu bagus Kuning

Pada masa kesultanan Palembang abad ke 16 di wilayah Batang Hari Sembilan mulai masuk penyebar agama Islam. Salah satunya adalah seorang Perempuan yang dianggap suci. Konon ia merupakan salah satu murid dari 9 wali dari jawa yang dikenal Wali Songo. Kehadiranya di Palembang adalah untuk menyebarka agama Islam.
Ketika Bagus Kuning memasuki wilayah perairan Batanghari, ia pun harus berhadapan dengan para pendekar setempat yang berilmu tinggi. Namun ia tetap menghadapinya dengan sabar dan memantapkan keyakinannya bahwa cukuplah Allah SWT pelindung dan penolong baginya.
Pada akhirnya ia mampu menaklukkan para pendekar di wilayah batanghari ini, konon ada 11 penghulu yang dipercaya masyarakat sebagai pengikut setia Bagus Kuning, yaitu Penghulu Gede, Datuk Buyung, Kuncung Emas, Panglima Bisu, Panglima Api, Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro.
Setelah mampu menguasai wilayah Batanghari, Bagus Kuning dan anak buahnya pun memasuki tengah kota Palembang. Kemudian mereka singgah di bagian hulu kota yang sekarang dikenal dengan nama Plaju. Di tempat ini mereka mendapati suatu dataran rendah yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang dan teduh. Mereka pun beristirahat dengan nyaman.
Setelah bermalam barulah Bagus Kuning menyadari tempat tersebut bukanlah tempat yang aman. Tempat yang berada di tepia sungai Musi itu ternyata merupakan kerajaan Siluman Kera. Para siluman kera di tempat ini tampaknya merasa terganggu dengan kedatangan rombongan Bagus Kuning dan mencoba untuk menakut-nakuti.
Tampaknya percekcokan antara Bagus Kuning dan Raja Siluman tak dapat dielakkan lagi dan keduanya sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya pertarunganpun tak dapat terhindarkan lagi. Bagus Kuning pun akhirnya menetap di tempat itu bersama para pengikutnya. Sampai kemudian para pengikutnya sepakat menang melawan kera tersebut dan kemudian mendirikan keraton dengan Bagus Kuning sebagai Ratunya.
Sejak saat itu namanya resmi menjadi Ratu Bagus Kuning dan para siluman kera pun tetap menetap di tempat itu dan tetap tunduk pada Ratu Bagus Kuning hingga pada suatu hari Ratu Bagus Kuning pun wafat dan disemayamkan di lokasi keratonnya. Para pengikutnya tetap setia dan terus menyebarkan ajaran Islam ke wilayah-wilayah lain.
Para siluman kera pun tetap setia menunggui makam Ratu Bagus Kuning. Konon, sampai wafatnya Ratu Bagus Kuning tetap menjadi perempuan yang suci dan ia tidak pernah menikah.

5.     Keramat panjang, makam terpanjang di kenten
Dikawasan Kenten Laut Palembang, terdapat sebuah makam tua yang dikeramatkan. Makam dengan panjang sekitar tujuh meter ini, konon dibawahnya merupakan sebuah istana makhluk halus. Hingga kini makam yang berada di Kelurahan Kenten, Banyuasin ini tetap terpelihara rapi.
Dua puluh tahun yang lalu makam yang dinisannya tertuliskan nama Muhammad Ali Akbar ini tak terurus rapi. Namun, jika Anda berziarah ke makam ini sekarang akan terlihat suasana yang berbeda jauh. Makam ini telah dirombak secara swadaya oleh para peziarah.

Nah, Palembang ternyata kaya akan sejarah ya. Namanya juga perjalanan anak manusia. Ada yang baik, ada yang buruk. Tinggal kita untuk menerima dan memilah mana yang bermanfaat mana yang kurang bermanfaat. Yuk ah, kita jalan-jalan lagi..