Palembang_Sumatera selatan meninggalkan banyak sejarah ulama ulama besar yang menyebarkan kan islam di kerajaan sriwijaya pada saat itu ini info buat para pecinta wisata religi atau mungkin jamaah yang suka akan sejarah lelulur yang hendak berwisata di daerah sumatera selatan_ palembang_kerajaan sriwijaya
Sewa Bus yang pas untuk kenyamanan dalam perjalanan dan fasilas yang baik
1. Makam Buyut Silaberanti
1. Makam Buyut Silaberanti
Cerita
ini tentu saja masih perlu banyak dikaji. Apalagi sosok Siti Fatimah, putri
Raja asal Palembang hanya dikenal sebatas legenda. Ditambah, seputar banyaknya
warga Tionghoa berziarah ke makam buyut Silaberanti, ternyata malah tidak
diketahui para tokoh masyarakat Tionghoa di Palembang.
Dari
cerita warga sekitar, sejak dulu aroma mistis selalu menyertai. Salah satunya
tentang keberadaan lubang pada makam tersebut. Konon, orang berziarah yang
memasukan tangannya ke lubang tersebut, akan mendapatkan benda-benda yang
berbeda. Tentu saja cerita ini sulit diklarifikasi kebenarannya.
Benda-benda
itu bisa berupa buntang tikus atau ular. Ini pertanda buruk. Ada juga tongkat
dalam makam tersebut. Tongkat itu kalau diukur oleh peziarah panjangnya
berubah. Kadang memanjang, bisa juga memendek. Sekarang, lubang serta tongkat
itu sudah hilang.
Selain
itu, cerita yang beredar, ketika sungai Aur masih lebar, masyarakat setempat
mengaku pernah melihat buaya putih, yang diyakini sebagai penjaga makam buyut
Silaberanti. Dan sekali lagi, hal tersebut saat ini sudah tidak ada lagi.
Ditambah, keberadaan Sungai Aur yang sudah mendangkal dan menyempit.
Nama
jalan Silaberanti sendiri diyakini berasal dari sang buyut. Yang ketika
meninggal tengah duduk bersila. Sila artinya bersila. Beranti itu tengah
berhenti. Dari orang-orang tua, buyut ini merupakan putri yang merantau dan
tiba di Palembang tempatnya dimakamkan sekarang bersama panglima dan
pengawalnya. Salah satu makam di samping buyut itu kami tahu seorang Panglimanya.
Dia meninggal waktu bersila.
2. Makam Bukit Siguntang
Bukit
Siguntang adalah sebuah tempat bersejarah di Kota Palembang. Ia identik dengan
keberadaan kerajaan Sriwijaya di masa silam. Sejatinya, daerah ini cukup asri.
Namun demikian, keberadaan tujuh buah makam keramat di dalamnya, sedikit banyak
memberikan kesan angker dan mistis terhadap bukit tersebut. Ke tujuh maka
tersebut adalah :
1.
Radja Segentar Alam, nama aslinya adalah Iskandar Zulkarnain Alamsyah yang
berasal dari Kerajaan Mataram. Di masa jayanya, ia dapat menaklukkan hampir
seluruh Sumatera hingga ke negeri tetangga Johor dan Malaka di Malaysia.
Menurut
kabar dari narasumber, Nyai Bukit Siguntang (Juru Kunci Bukit Siguntang) Radja
Segentar Alam pertama kali ke Palembang membawa 3 kapal yang berbendera Lancar
Kuning. Namun saat dalam perjalanan kapal-kapal tersebut karam.
Dari
semua kapal yang karam tersebut ada satu kapal yang membawa Radja Segentar Alam
terdampar di Bukit Siguntang sedangkan kapal yang lain hancur di lautan dan ada
pula yang hancur kemudian terseret di situs Karang Anyar.
2.
Putri Kembang Dadar, nama aslinya adalah Putri Bunga Melur. Percaya atau tidak karena kecantikannya Putri
Kembang Dadar diceritakan bukan berasal dari bumi melainkan berasal dari
Kayangan (langit).
3.
Putri Rambut Selako, rambut Selako artinya rambut yang keemas-emasan mungkin
karena ada keturunan barat. Nama aslinya
sendiri adalah Putri Damar Kencana Wungsu yang menurut cerita berasal dari
Keraton Yogyakarta anak dari Prabu Prawijaya.
4.
Panglima Batu Api. Beliau adalah seorang
ulama yang berasal dari Jeddah (Arab Saudi) yang datang ke tanah melayu untuk
berkelana dan menyiarkan agama Islam.
5.
Panglima Bagus Kuning, berasal dari Mataram yang datang ke Lembang (Palembang)
untuk mengawal Radja Segentar Alam.
6.
Panglima Bagus Karang, berasal dari Mataram yang datang ke Lembang (Palembang)
bersama Panglima Bagus Kuning untuk mengawal Radja Segentar Alam.
7.
Tuan Djungdjungan, beliau juga merupakan ulama dari Arab yang datang ke tanah
melayu (Swarnadwipa) untuk berkelana sambil menyiarkan agama Islam.
Dari
makam-makam itu membuktikan bahwa Bukit Siguntang merupakan tempat yang sangat
sakral sehingga para bangsawan Palembang zaman dahulu banyak yang dimakamkan di
bukit tersebut.
3. Makam Sabokingking
Makam
Sabokingking, merupakan pemakaman raja-raja kerajaan Islam Palembang yang telah
berusia 400 tahun lebih. Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya
Ratu Sinuhun, Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta
Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup berkisar tahun 1622-1635 Masehi.
Makam
ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang. Letak pemakaman ini tidak
jauh dari dari kompleks pemakaman kakek Ratu Sinuhun yakni pemakaman Ki Gede
Ing Suro, di lorong Haji Umar, di 1 Ilir Palembang.
Pemakaman
Sabokingking dikelilingi oleh kolam, sehingga terdapat sebuah jalan menuju
pemakaman yang membelah kolam. Di bawah pemerintahan Sido Ing Kenayan, Ratu
Sinuhun mampu melahirkan kitab Undang-undang “Simbur Cahaya” yang merupakan
hukum adat tertulis dan berlaku di seluruh wilayah Palembang (baca Sumatera
Selatan-red) saat itu. Kitab ini mengatur soal hak-hak perempuan, serta aturan
mengenai lingkungan hidup, khususnya hutan.
Di
pemakaman ini juga terdapat makam Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al
Idrus bin Shahab, sebagai imam kubur Pangeran Sido Ing Kenayan dan Ratu
Sinuhun, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.
4. Makam Ratu bagus Kuning
Pada
masa kesultanan Palembang abad ke 16 di wilayah Batang Hari Sembilan mulai
masuk penyebar agama Islam. Salah satunya adalah seorang Perempuan yang
dianggap suci. Konon ia merupakan salah satu murid dari 9 wali dari jawa yang
dikenal Wali Songo. Kehadiranya di Palembang adalah untuk menyebarka agama
Islam.
Ketika
Bagus Kuning memasuki wilayah perairan Batanghari, ia pun harus berhadapan
dengan para pendekar setempat yang berilmu tinggi. Namun ia tetap menghadapinya
dengan sabar dan memantapkan keyakinannya bahwa cukuplah Allah SWT pelindung
dan penolong baginya.
Pada
akhirnya ia mampu menaklukkan para pendekar di wilayah batanghari ini, konon
ada 11 penghulu yang dipercaya masyarakat sebagai pengikut setia Bagus Kuning,
yaitu Penghulu Gede, Datuk Buyung, Kuncung Emas, Panglima Bisu, Panglima Api,
Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar,
Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro.
Setelah
mampu menguasai wilayah Batanghari, Bagus Kuning dan anak buahnya pun memasuki
tengah kota Palembang. Kemudian mereka singgah di bagian hulu kota yang
sekarang dikenal dengan nama Plaju. Di tempat ini mereka mendapati suatu
dataran rendah yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang dan teduh. Mereka pun
beristirahat dengan nyaman.
Setelah
bermalam barulah Bagus Kuning menyadari tempat tersebut bukanlah tempat yang
aman. Tempat yang berada di tepia sungai Musi itu ternyata merupakan kerajaan
Siluman Kera. Para siluman kera di tempat ini tampaknya merasa terganggu dengan
kedatangan rombongan Bagus Kuning dan mencoba untuk menakut-nakuti.
Tampaknya
percekcokan antara Bagus Kuning dan Raja Siluman tak dapat dielakkan lagi dan
keduanya sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya pertarunganpun tak dapat
terhindarkan lagi. Bagus Kuning pun akhirnya menetap di tempat itu bersama para
pengikutnya. Sampai kemudian para pengikutnya sepakat menang melawan kera
tersebut dan kemudian mendirikan keraton dengan Bagus Kuning sebagai Ratunya.
Sejak
saat itu namanya resmi menjadi Ratu Bagus Kuning dan para siluman kera pun
tetap menetap di tempat itu dan tetap tunduk pada Ratu Bagus Kuning hingga pada
suatu hari Ratu Bagus Kuning pun wafat dan disemayamkan di lokasi keratonnya.
Para pengikutnya tetap setia dan terus menyebarkan ajaran Islam ke
wilayah-wilayah lain.
Para
siluman kera pun tetap setia menunggui makam Ratu Bagus Kuning. Konon, sampai
wafatnya Ratu Bagus Kuning tetap menjadi perempuan yang suci dan ia tidak pernah
menikah.
5. Keramat panjang, makam terpanjang di
kenten
Dikawasan
Kenten Laut Palembang, terdapat sebuah makam tua yang dikeramatkan. Makam
dengan panjang sekitar tujuh meter ini, konon dibawahnya merupakan sebuah
istana makhluk halus. Hingga kini makam yang berada di Kelurahan Kenten,
Banyuasin ini tetap terpelihara rapi.
Dua
puluh tahun yang lalu makam yang dinisannya tertuliskan nama Muhammad Ali Akbar
ini tak terurus rapi. Namun, jika Anda berziarah ke makam ini sekarang akan
terlihat suasana yang berbeda jauh. Makam ini telah dirombak secara swadaya
oleh para peziarah.
Nah,
Palembang ternyata kaya akan sejarah ya. Namanya juga perjalanan anak manusia.
Ada yang baik, ada yang buruk. Tinggal kita untuk menerima dan memilah mana
yang bermanfaat mana yang kurang bermanfaat. Yuk ah, kita jalan-jalan lagi..